Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Setya Novanto. (CNN Indonesia/Resty Armenia) |
membahas rencana pemeriksaan khusus terhadap Bank Indonesia.
Setnov menyoroti persoalan anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang kini telah menembus angka Rp 14 ribu. Jika nilai tukar sudah menembus lebih dari Rp 14 ribu, Setya menilai mediasi perlu segera dilakukan di setiap lembaga yang terkait.
"Kami minta Komisi XI segera mengundang BPK untuk segera melakukan audit kepada Bank Indonesia mengenai audit dengan tujuan tertentu," kata Setnov di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (24/8).
Audit yang dimaksud Setnov adalah pemeriksaan dengan tujuan tertentu atau alias PDTT. Termasuk dalam PDTT adalah pemeriksaan atas hal-hal yang berkaitan dengan keuangan dan pemeriksaan investigatif. Laporan pemeriksaan nantinya akan memuat kesimpulan.Dalam hal ini, Setnov berharap BPK bisa memberikan masukan atau pandangan mengenai kondisi moneter di Indonesia, untuk kemudian dituangkan dalam analisa yang lebih jelas mengenai kesiapan dan persiapan yang sekiranya perlu atau sudah dilakukan Bank Indonesia.
"Semoga sesegera mungkin BPK memberikan masukan tentang bagaimana situasi, mengenai stok, apakah itu dalam junlah tepat atau berkurang, dan hal-hal lain yang perlu ditindaklanjuti," kata dia.
hari ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah 66 poin atau 0,47 persen. Rupiah terpuruk dan sempat menembus level Rp 14.006 dari sesi penutupan perdagangan hari sebelumnya di Rp 13.940 per dolar AS.
Rupiah sampai saat ini telah anjlok 12,95 persen sejak dibuka pada awal perdagangan tahun ini di level Rp 12.400 per dolar AS.
Anton H. Gunawan, Ekonom yang juga Advisor di Australia Indonesia Partnership for Economic Governance (AIPEG), menilai rupiah masih akan bergejolak untuk beberapa waktu terakhir karena banyak sentimen yang memicu pelarian modal dari pasar uang. Dari eksternal, investor menyoroti soal ketidakpastian rencana normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat dan ancaman depresiasi Yuan China dan Ringgit Malaysia.
"Kalau bicara year to date (Januari sampai hari ini), ringgit Malaysia itu mengalami depresiasi yang paling parah di kawasan Asean," jelasnya kepada CNN Indonesia, Senin (24/8)